Mengapa

Tidak ya Rabb, kali ini aku tidak ingin protes melalui kalimat-kalimat tanya yang mungkin memangbutuh jawaban dan penjelasan. aku hanya mengeluh pada diriku sendiri. mengeluhkan kelemahanku.

mengapa... amat sulit membawa hati, membuka hati, menyentuh hati saudara sendiri?
mengapa, mengapa...

Alifku

Barusan, pas mindahin Alif tidur dari luar ke kamar, dia ngigo. ngigo terindah . "Boo..." (ibu).
subhanallah Nak, cukup untuk ibu menghapus lelah.
cukup untuk ibu meredam emosi ketika kau menguji kesabaranku.
 ya Allah, cukupkan ikhlashnya menyiram hangat dada ini ketika emosi datang ya Allah,
 selalu. selalu. setiap waktu.
cukupkan wajah bersih tanpa dosanya melunakkan hati, mengajakku selalu teringat untuk memujiMu, memuji ciptaan sempurnaMu itu. cukupka ya Allah...

Alifku

Barusan, pas mindahin Alif tidur dari luar ke kamar. alif ngigo. ngigo terindah.
"Boo...." (Ibu)
Subhanallah NAk, cukup untuk membuat ibu menghapus segala lelah..
cukup..

Hati-Qalb-Bolak-balik

Aku suka. Suka sekali pada perubahan dari yang sekecil-kecilnya, sampai yang sebesar-besarnya. Subhanallah, kesyukuranku atas secuil nikmat Allah yang satu itu saja sering juga sulit untuk di ingat dan selalu disyukuri. Aku mensyukuri kedinamisan keadaan ini, sungguh. Yah, alam itu berubah.

Aku bersyukur ketika marah tersulut, jiwa ini berangsur dengan cepatnya untuk menyadarkan diri, akal dengan cepatnya memutar mutar memori yang cocok untuk meredakan letupan emosi. Entah bagaimana, dia bisa saja dengan cepat mengeluarkan data yang cocok untuk itu.

Ajaibnya, hati sigap pula mengomando seluruh jasad ini, menyentak lidah ini untuk ber“kalimat”. Walau perjuangannya sering terbilang berat sehingga tidak jarang mengambil beberapa waktu untuk berhasil. Kadang ia berhasil sebelum hal yang tidak diinginkannya terjadi, sering pula ketika telah terlanjur terjadi, dia datang. Dan itu, walaupun tidak maksimal, tapi bisa dikatakan tetap berhasil.

Aku Ingin Kembali

Aku ingin kembali…

Mengecap pedih, 

buncah, 

hangat,

dan mengair matanya diri ketika menahan amarah

Melukis kata indah, 

berpacu dengan waktu saat titik-titik peluh terakhir perjuangan, 

dan menjadi pemenang

Aku ingin kembali…

Bermusuhan buyut dengan buruk sangka, 

mengusir indah bisik-bisik si murka syetan, 

menjauhkannya dari pandangan

Aku ingin kembali…

Menguat ayun langkah, 

menyingkir batu yang kian membongkah pongah, 

menyibak tirai kelam yang kerap menghalang cahaya terang dihadapan

Aku ingin kembali…

kepadaMu…

satu padaMu…

Test Test.....

oke, kita mulai lagi bercerita ya blog ku yang sangat memprihatinkan... seperti yatim yang tak tau harus diapakan dan dikemanakan. afwan, emakmu ini terlalu sibuk dengan hal-hal yang lebai sehingga setiap kali ingin posting, harus mikirin kualitas tulisan mulu, lupa akan janji awal kita yang apa adanya, ketika ingin bercerita, maka berceritalah. sangat simpel saja.

aku dan orang-orang disekitarku

Ada hitam putih jika aku pulang kampung. di rumah biasanya sibuk sendiri, sibuk dengan bunyi2an dari benda mati. maka jika pulang kampung, aku serasa benar-benar hidup karena ramenya

Duhai Betapa

Duhai, betapa ingin diri ini menjadi dua. ketika tangismu pecah bersamaan.tapi hanya tinggal betapa, sayang. karena ibu harus cerdas mengondisikan diri ini, emosi ini.ibu harus cerdas,harus mencerdaskan diri bagaimana mengajarkan arti mengalah, bersabar, dan arti-artilain yang kelak berguna untuk kehidupanmu ke depan.