Jumat, September 19, 2008

Bersyukurlah

 
Bismillah...
seolah tak percaya, senin kemarin, aku bagai menonton sebuah sandiwara tersedih dalam sejarah persinetronan indonesia. ribuan orang-orang, tepatnya orang-orang miskin, berdesakan seperti membludaknya penonton konser Nidji,  dilengkapi pula dengan siraman pemadam kebakaran karena panas menyengat, dan mengherankannya mayoritas dari mereka adalah ibu-ibu. beberapa kehebohan terdengar, dan akhirnya menyisakan beberapa orang bergelimpangan. kata bergelimpangan adalah sebutan yang pantas karena orang-orang itu bebrbaring sudah tak benyawa.
senin itu, di Pasuruan Jawa Timur, 21 orang Menjemput ajalnya ketika tengah bertarung memperebutkan zakat dari seorang mudzakki. nominal Rp. 20.000,- akhirnya mereka bayar sendiri dengan nyawa mereka, innalillahi wa inna ilaihi raaju'uun.
this is the real indonesia, Kawan.
bukanlah rombongan anak muda yang rapi dan bersih, bukan rumah mewah dan mobil bagus, seperti di sinetron-sinetron. inilah wajah kita hari ini, dan kita tak usah munafik lagi.
yang diperlukan hanya pengakuan. ya, pengakuan disertai kesadaran.

bahwa hidup kita ini bukan sedang diuji, namun sedang mulai diazab karena keengkaran kita.
bahwa sudah saatnya mengetuk hati nurani, karena dengan  berbagai cobaan-walaupun belum menimpa sebagian diantara kita- adalah juga ujian bagaimana kita bisa memperoleh pelajaran dan hikmah darinya.
amat menyedihkan, karena sinetron yang kusaksikan hari itu adalah kejadian sebenarnya, live.

buak mata, buka hati, dengarkan hati nurani.


Tidak ada komentar: